Menjaga Etika dalam Citizen Journalism: Mengapa Netralitas dan Objektivitas Itu Penting?
Era Baru Jurnalisme oleh Warga
Disusun Oleh : Adittya Saepuloh, Destria Putri Utami, Syakila Sefti Fauziah, Yaneu Rahim, Zyaheera Yunizar.
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, kini siapa saja bisa menjadi “jurnalis.” Tak perlu memiliki kartu pers atau bekerja di media profesional, masyarakat umum bisa menyampaikan berita hanya dengan memegang ponsel dan terhubung ke media sosial. Fenomena ini dikenal sebagai citizen journalism atau jurnalisme warga.
Jurnalisme warga memberikan kemudahan dan kecepatan dalam menyampaikan informasi, terutama di saat-saat darurat atau ketika media arus utama lambat menanggapi isu. Namun di balik manfaatnya, ada tantangan besar yang muncul: minimnya pemahaman etika jurnalistik, serta kurangnya netralitas dan objektivitas dalam pemberitaan.
Apa Itu Citizen Journalism dan Mengapa Etika Diperlukan?
Citizen journalism adalah kegiatan pemberitaan yang dilakukan oleh warga biasa yang tidak memiliki latar belakang pendidikan jurnalistik formal. Berbekal kamera ponsel dan media sosial, mereka bisa melaporkan peristiwa secara langsung dari tempat kejadian.
Namun, tidak semua laporan tersebut memenuhi kaidah jurnalistik seperti:
- Akurasi dan verifikasi fakta
- Keberimbangan informasi
- Pemisahan antara opini dan fakta
- Netralitas (tidak berpihak)
- Objektivitas (tidak bias)
Tanpa pemahaman akan prinsip-prinsip ini, berita yang tersebar bisa menyesatkan, berpihak, bahkan berpotensi menimbulkan hoaks.
Mengapa Etika Jurnalistik Perlu Dipegang oleh Jurnalis Warga?
Etika adalah pedoman moral yang menjaga agar informasi yang disebarluaskan tetap bertanggung jawab. Meskipun citizen journalist bukan wartawan profesional, mereka tetap memiliki tanggung jawab sosial karena informasi yang mereka sampaikan bisa memengaruhi opini publik, menciptakan kepanikan, atau bahkan memperkeruh suasana.
Studi Kasus Nyata: Saat Netralitas dan Objektivitas Diuji
1. Kompas.com dan Debat Capres 2024
Penelitian oleh Armavillia dkk. (2024) menganalisis pemberitaan Kompas.com tentang Ibu Kota Nusantara (IKN) pasca debat calon presiden. Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun faktanya akurat dan relevan, penyajian pendapat antar kandidat tidak seimbang, yang menunjukkan bahwa bahkan media profesional pun bisa gagal dalam menjaga objektivitas secara penuh.
Hal ini menjadi cerminan bahwa citizen journalism yang tanpa kontrol redaksional akan lebih rentan dalam hal keberpihakan.
2. Ketidaknetralan Media di Kota Bandung saat Pemilu 2024
Studi lain di Kota Bandung mengungkap bahwa banyak jurnalis lokal terlibat secara emosional atau politis terhadap kandidat tertentu. Preferensi ini akhirnya mengarah pada pemberitaan yang bias, bahkan propaganda.
Dalam skala citizen journalism, risiko ini lebih besar karena tidak adanya pengawasan redaksional atau kode etik yang mengikat.
3. Akun @Jktinfo di Instagram
Akun ini terkenal karena kecepatan menyajikan informasi lalu lintas, kriminalitas, dan peristiwa di Jakarta. Namun, penelitian oleh Pamungkas dkk. (2024) menunjukkan bahwa banyak unggahan tidak melalui verifikasi, dan sering kali lebih menonjolkan unsur dramatis daripada konteks faktual.
Misalnya, berita kebakaran sering dibingkai dengan narasi yang menciptakan kepanikan, bukan edukasi atau informasi resmi. Ini menjadi contoh bahwa akurasi dan objektivitas sering dikorbankan demi viralitas.
Mengapa Netral dan Objektif Itu Penting?
Objektivitas berarti menyampaikan fakta tanpa dipengaruhi opini pribadi, sedangkan netralitas adalah sikap tidak memihak dalam isu yang diliput. Dua hal ini adalah pondasi utama kepercayaan publik terhadap media, baik media profesional maupun jurnalisme warga.
Jika citizen journalism abai terhadap kedua prinsip ini, maka:
- Opini pribadi dapat dibungkus seolah-olah sebagai fakta
- Berita bisa berpihak, memicu konflik atau kebencian
- Ruang informasi publik tercemar oleh hoaks dan disinformasi
Solusi: Membangun Ekosistem Jurnalisme Warga yang Etis
Untuk menjawab tantangan tersebut, beberapa langkah penting perlu dilakukan:
- Edukasi Literasi Jurnalistik
Masyarakat perlu dibekali pemahaman dasar mengenai cara menyajikan informasi secara akurat dan berimbang.
- Media Arus Utama dan Jurnalis Warga
Media besar bisa membuka ruang kontribusi dengan supervisi redaksional agar standar jurnalistik tetap dijaga.
- Penyusunan Pedoman Etik Komunitas
Komunitas jurnalis warga dapat menyusun kode etik bersama sebagai acuan moral dalam praktik jurnalisme.
- Pengawasan Sosial dan Regulasi Ringan
Pengawasan berbasis komunitas dan regulasi seperti UU ITE dapat membantu membatasi penyalahgunaan informasi.
- Pengembangan Platform Edukasi Digital
Pemerintah dan organisasi sipil dapat menyediakan kursus daring gratis tentang jurnalistik dan etika.
Kebebasan Harus Diiringi Tanggung Jawab
Citizen journalism hadir sebagai kekuatan baru dalam demokratisasi informasi. Namun kebebasan menyampaikan berita juga menuntut tanggung jawab etis yang tinggi. Objektivitas dan netralitas bukan sekadar atribut tambahan, tetapi syarat utama agar informasi tetap berguna dan tidak menyesatkan.
Jika jurnalis warga mampu menjunjung etika, maka mereka bukan hanya pelengkap media arus utama, tapi juga pengawal informasi publik yang kredibel dan bermartabat.
Pada Sabtu, 21 Juni 2025 Kampus Universitas Garut Fakultas Komunikasi dan Informasi (FKOMINFO) Mengadakan Kuliah Umum dengan Tema “ Media Sebagai Pembentuk Opini Publik, Peran, Tantangan dan Dampak Dalam Masyarakat Modern, kelompok kami membuat konten dalam Kuliah Umum tersebut, berikut Link video singkat :
https://www.youtube.com/embed/oFUikcDxFqU
Komentar
Posting Komentar